Apalah Arti Sebuah Nama
Dulu, saya berpikir untuk menggunakan nama asli saja pada setiap karya yang saya buat. Akan tetapi, semakin saya 'tenggelam' dalam dunia menulis, saya terpikir untuk mencari nama pena. Nama pena ini yang nantinya akan saya pakai untuk karya-karya puisi ataupun senandika seperti yang sering saya tulis di media sosial Instagram. Meskipun beberapa penulis besar memutuskan untuk tetap memakai nama asli pada setiap karyanya, tapi saya ingin menciptakan citra diri saya sebagai dua kepribadian dalam berbagai genre tulisan. Misalnya, saya akan tetap memakai nama asli pada karya cerpen, novel, atau karya apapun yang bisa dinikmati dalam jangka waktu yang lama. Sementara untuk puisi, kutipan, atau senandika yang bisa dibaca habis dalam sekali duduk, saya memakai nama pena.
Alasan saya memakai nama pena adalah agar pembaca penasaran siapa sesungguhnya sosok penulis asli karya yang saya buat. Dengan begitu, besar kemungkinan para pembaca akan mencari tahu siapa nama asli dari sang pengarang, lalu akan turut membaca tulisan-tulisannya baik di media sosial maupun di blog atau berbagai platform digital lainnya. Setelah itu, saya akan menerima dua kemungkinan. Yang pertama adalah, pembaca tertarik dengan tulisan-tulisan saya dan menemukan dua kepribadian yang saya bangun sejak awal melalui karya-karya saya. Yang kedua, pembaca akan merasa biasa saja dan tidak terlalu peduli apakah si pengarang menggunakan nama asli atau nama pena. Kemungkinan kedua tidak terlalu membuat saya pusing, karena paling tidak ada orang-orang yang sudah membaca tulisan saya terlepas dari mereka akan suka atau tidak, itu tergantung pada penilaian masing-masing.
Awalnya saya kebingungan mencari nama pena apa yang cocok untuk karakter tulisan saya yang kebanyakan berisi tentang cinta dan patah hati. Saya ingin nama pena yang puitis dan menimbulkan rasa penasaran. Hingga suatu ketika saya menemukan satu kata yang saya pikir akan cocok. Akhirnya kata "Jelaga" dipilih sebagai nama pena saya. Selain sederhana dan mudah diingat, saya juga mengaitkan kata jelaga ini dengan filosopi hidup yang saya dapatkan dari kutipan pramoedya Ananta Toer. Bunyinya seperti ini "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dari masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." berangkat dari kutipan tersebut, saya memaknai bahwa hidup ini memang singkat, dan apabila selama hidup kita tidak melahirkan karya, maka cepat atau lambat nama kita akan turut mati.
Orang-orang masih ramai membahas puisi-puisi romantis karya Sapardi Djoko Damono, mendiskusikan pemikiran Tan Malaka yang tertuang dalam buku "Gerilya, Politik, Ekonomi", atau membahas novel "Bumi Manusia" karangan pram yang ditulis selama masa tahanannya di pulau buru, padahal semua tokoh tersebut sudah meninggal. Yang disebut dengan "Menulis adalah bekerja untuk keabadian" adalah yang seperti ini. Meskipun raga kita telah terkubur dalam tanah, tapi karya-karya kita akan selalu hidup. Dengan menulis, kita sedang mewariskan pemikiran kita untuk orang-orang di masa depan. Saya membiasakan diri untuk tetap produktif menulis meskipun mengangkat hal-hal sederhana yang saya alami, alasannya karena saya ingin 'abadi' bersama tulisan-tulisan saya.
Lalu hubungannya dengan kata jelaga adalah, saya memaknai bahwa jelaga adalah butiran arang kecil dan tak berarti apa-apa, sama seperti eksistensi kita sebagai manusia di muka bumi ini. Kecil, tercipta dari saripati air yang hina, tak punya apa-apa, dan tak berdaya tanpa Tuhan. Tak ada yang bisa disombongkan sekalipun menjadi manusia paling pandai di dunia. Semuanya terjadi atas kehendak-Nya. Namun dengan menulis, kita yang kecil ini bisa sedikit memberikan dampak pada dunia. Kita akan tahu betapa hebatnya efek sebuah kata atau kalimat bagi hidup manusia lewat cara sesederhana membaca kutipan di instagram. Kita sering merasa tersadarkan dengan membaca berbagai hal yang belum pernah kita tahu. Dengan begitu, sebuah tulisan bisa menggerakan hati manusia untuk bertindak lebih bijaksana dalam memaknai hidup dan segala permasalahan di dalamnya.
Sebuah peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi sebuah tulisan bisa menembus banyak kepala. Kira-kira kata-kata tersebutlah yang membuat saya hingga saat ini ingin terus menulis, karena ingin menggerakan hati orang lain untuk lebih baik lagi dalam menjalani hidup. Dan kira-kira seperti itulah makna dari nama pena yang selama ini saya pakai. Ke depannya, semoga blog Tulisan Jelaga ini bisa menjadi wadah untuk kawan-kawan bereksplorasi. Jangan pernah lelah untuk bermimpi dan berkarya, karena tanpa itu semua, kita hanyalah makhluk yang cepat atau lambat akan mati, hilang, dan terlupakan.
Salam.
Komentar
Posting Komentar