Laporan Bacaan

 

Mengabadikan Luka dalam Karya Sastra

 

 

 

Nama: Rizki Muhamad Fakih

NPM: 2110631080068

Kelas: 2B

Mata Kuliah: Menulis

Dosen pengampu: Dian Hartati, S.S., M.pd

 

                 

Identitas buku

Judul buku: Ikhlas Paling Serius

Penulis: Fajar Sulaiman

penerbit: Mediakita

Tahun terbit: 2021

Jumlah halaman: 168

ISBN: 978-979-794-626-5

 

Dengan menyebar luasnya media sosial di kalangan remaja, buku ini sempat viral menjadi konten video di instagram dan tiktok pada tahun 2021 lalu. Konten-konten video dengan musik latar sedih yang dipadukan dengan kutipan dalam salah satu halaman di buku ini berhasil membuat “Ikhlas Paling Serius” semakin ramai diperbincangkan. Tidak hanya itu, konten ulasan buku yang membahas buku ini juga mulai bertebaran. Hal ini membuat saya penasaran dengan “Ikhlas Paling Serius” dan sangat tertarik untuk membacanya. Pada bulan Februari 2022 akhirnya saya membeli buku ini dan langsung membacanya sampai tuntas.

 

Secara garis besar buku ini berisi kumpulan kutipan, senandika, dan puisi yang dipadukan dengan foto-foto hasil jepretan sang penulis. Buku ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya mewakili proses seseorang dalam upaya merelakan orang terkasihnya. Bagian pertama yang berjudul “Melupakan” dapat mewakili perasaan terpaksa dalam merelakan seseorang yang amat dicintai. Dapat dilihat dari kutipan di halaman 10 yang maknanya begitu dalam, isinya begini: “Dia pergi karena kamu meminta yang terbaik, dan nyatanya yang terbaik bukanlah dia.” Secara pribadi saya suka sekali dengan kutipan ini, singkat namun bermakna dalam. Selain kutipan tersebut, saya juga suka kutipan di halaman 26 yang berbunyi: “Ketika kamu mencintai manusia sejatuh-jatuhnya, maka bersiaplah kecewa sedalam-dalamnya.” Ini menyadarkan saya untuk tidak berharap lebih pada sebuah hubungan. Bagian kedua berjudul “Mengikhlaskan”. Di bagian ini, saya menangkap makna proses merelakan seorang manusia sedang berjalan. Berbeda dengan bagian pertama yang terasa begitu kelam, di bagian kedua ini tulisan-tulisan yang tersaji mulai terasa penuh kerelaan meskipun belum sepenuhnya Ikhlas.

 

Dan bagian terakhir berjudul “Menemukan”. Seperti judul bab dan judul bukunya, Fajar Sulaiman sebagai penulis mengajak pembaca untuk mengambil hikmah dari kehilangan dan luka yang telah dilalui. Dapat dilihat dari kutipan di halaman 116 yang berbunyi: “Biarlah berdoa menjadi caraku bercerita tentangmu, caraku mengikhlaskan kepergianmu, juga caraku mencintai dalam bulir-bulir air mata tanpa lagi menawar keadaan.” Kutipan ini merepresentasikan proses mengikhlaskan yang memang menjadi garis besar buku ini. setiap bagian dalam buku ini sangat mewakili perasaan saya, ditambah dengan foto-foto hitam putih hasil jepretan sang penulis membuat membaca”Ikhlas Paling Serius” terasa begitu personal bagi saya. Saya berhasil membaca keseluruhan buku ini dalam sehari saja, begitu mengalir dan ringan.

 

Dengan sejumlah hal-hal menarik yang sangat saya sukai dari buku ini, tetap saja buku ini memiliki kekurangan. Menurut saya, kekurangan dalam buku ini adalah beberapa puisi di dalamnya tidak diberi judul sehingga sulit membedakan apakah termasuk ke dalam puisi, senandika, atau kutipan. Secara keseluruhan saya sangat suka dengan buku ini. “Ikhlas Paling Serius” cocok untuk kamu yang malas membaca dan ingin mencari buku yang habis dalam sekali duduk, untuk kamu yang sedang dalam proses penyembuhan patah hati, dan untuk kamu yang mencari buku kumpulan senandika, kutipan, dan puisi sekaligus.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepatu Baru Untuk Ibu (mini cerpen)

Laporan Bacaan